Terlalu Rendah

Maret 25, 2020

Pada gemuruh gerigi yang menggerus biji-biji kopi, aku pasrah pada apa pun yang selain suaramu menjadi pemecah sepi. Gelak tawa di sudut ruang, derap langkah pramusaji, engsel pintu masuk, benturan gelas dengan tempatnya, seriuh itu juga...

kepalaku...

mengingatmu...

Sengaja kutulis jeda dengan titik-titik. Biar agak lama saja jedanya. Karena aku berharap pesan ini terbaca saat kamu sendiri, hingga di jeda itu kamu juga bisa rasakan sepi.

Hujan turun.

Skenario ini terlalu sempurna bukan? Seperti sajak-sajak romansa umumnya. Kopi, Hujan, tambah senja lagi. Tahi!

Ingin kubanting saja segelas kopi ini tapi sayang. Lihat? Menyia-nyiakan segelas kopi yang bisa saja kupesan lagi saja, aku enggan. Mana mungkin aku menyiakanmu apa lagi...

Shit!

Aku... Minta maaf.

Barangkali aku memang salah. Aku hanya memulai dari titik terendah sedangkan kamu juga mulai lelah. Jalanku masih tertatih, sedangkan kamu tak lagi mampu memapah. Atau barangkali aku yang terlalu lemah.

Selamat.

Semoga bahagia dengan memilih yang dipilihkan.

_________

25 Maret 2020
13.07
Tempat Biasa Aku Bekerja






You Might Also Like

2 Comments