Pertama kali saya tau tentang dirinya adalah saat pengumuman juara umum. Namanya muncul sebagai rookie. Anak baru yang merangsek langsung ke posisi 3 teratas murid pintar. Satu hal yang saya tau pasti, dia dari kelas sebelah.
Waktu terus berlalu tanpa pernah langsung berkomunikasi. Toh, tidak ada kepentingan juga. Hingga akhirnya saat kelas IX, ruang ditata ulang. Kami dipertemukan.
Anehnya, saya selalu gagal mengingat topik pertama yang kami bincangkan, yang menjadi awal kedekatan. Komunikasi terjalin begitu saja, apa adanya.
Saya cuma punya beberapa momen percakapan yang sampai saat ini saya ingat, walau tidak sempurna juga.
Pertama, ketika tugas drama kelas. Kedua, kami membicarakan tentang cita-citanya melanjutkan pendidikan, bagaimana dia yang jauh dari orangtuanya yang jujur saja, saya nggak paham juga waktu itu. Lalu yang ke tiga, ketika dia jadi satu-satunya orang yang stand by me, ketika saya ditindas. Di antara semua ingatan yang ada. Ingatan tentang hal ini yang paling kuat. Yang akan selalu membekas. Momen yang tidak pernah sepertinya, akan bisa saya balas.
Komunikasi setelah lulus sedikit sulit karena waktu itu saya belum punya ponsel. Pun waktu itu, dia tengah menjalani pendidikan di sekolah yang tidak memungkinkan baginya untuk membawa ponsel setiap saat. Ketika sempat, kita berbagi kabar.
Komunikasi seperti itu masih terjalin baik sampai akhirnya dia kuliah di universitas ternama di Palembang. Kadang suka ngobrolin tentang pengalaman saat dia sekolah, curhat masalah pribadi, dan obrolan-obrolan lainnya.
Memasuki masa-masa dia KOAS, rasanya jarak kami semakin lebar. Komunikasi jadi semakin sulit. Dan sudah dua tahun belakangan, bahkan semakin sulit untuk berbagi cerita. Apa kabarnya juga sulit saya tahu. Pesan yang saya kirim jarang sekali dibalas.
Apakah dia sudah berkeluarga sekarang? Gimana dengan KOAS-nya? Sudah mulai praktek kah?
Rasanya seperti terlalu banyak yang berubah. Sejak terakhir kelulusan tahun 2008 sampai saat ini. Belum pernah kami bertemu lagi.
Melalui tulisan ini, entah kapan dia akan baca atau apakah dia baca atau tidak, saya cuma punya satu hal yang ingin saya sampaikan.
Sebanyak apa pun hal-hal berubah, saya akan mengingat dia sebagai sosok yang sama. Sebagai sahabat terbaik yang pernah saya punya.
___
Ditulis di meja kerja.