Kalau aja nggak mulai blogging, menuliskan apa yang gue rasain, bisa saja gue masih terdampar di sana. Perjalanan yang entah ke mana muaranya. Kafe temaram sepertinya memang sebuah tempat di mana akhirnya satu persatu kisah kusut terurai. Ujung yang entah di mana mulai terlihat rimbanya. Walau dalam prosesnya harus melewati berbagai drama.Melepaskan memang serumit itu. Dari perjalanan itu aja gue bisa mulai mengerti...
Seperti yang sudah gue ulas di postingan sebelumnya (klik ini kalau mau baca), kafe temaram itu sudah seperti jejak perjalanan yang kayaknya kalau dibuang rasanya sayang. Ada banyak kisah tertuang. Untuk mengingat lagi betapa menulis dapat menyulut senang.Setelah membaca-baca ulang, rasanya gue mulai mengerti apa yang saat itu terjadi. Kenapa gue bisa sebegitunya menuliskan kata-kata yang bikin beberapa orang berkomentar "Ih bikin baper."...
Sebelum dengan mantap mengusung baristarasa sebagai identitas di social media, gue pernah punya blog yang gue beri nama Kafe Temaram. Masih agak berhubungan, kan sama barista? Hehe. Gue memulai kafe temaram di sekitar 2014 an. Sempat berpindah platform mendekati ujung 2015 an. Ketika dunia blog mulai terkikis sepi terganti oleh platform pemutar video yang lebih aktraktif.Beberapa kali gue masih mencoba buat kembali menghidupkan...
Kepalaku terlalu acak dalam mengumpulkan berbagai hal tentangmu. Butuh waktu untuk mengumpulkan kepingan yang bercecer tak tertata. Bukan. Ini bukan perkara sesuatu yang berantakan. Melainkan terlalu banyak saja tentangmu.Walau agak susah bangun pagi, kamu bisa terjaga tengah malam untuk sekadar menarik selimut yang karena tidurku cukup aktraktif membuatnya tergulung entah di mana. Suara bawelmu yang kadang bikin kesal karena itu benar, nyatanya adalah...