Seperti yang sudah gue ulas di postingan sebelumnya (klik ini kalau mau baca), kafe temaram itu sudah seperti jejak perjalanan yang kayaknya kalau dibuang rasanya sayang. Ada banyak kisah tertuang. Untuk mengingat lagi betapa menulis dapat menyulut senang.
Setelah membaca-baca ulang, rasanya gue mulai mengerti apa yang saat itu terjadi. Kenapa gue bisa sebegitunya menuliskan kata-kata yang bikin beberapa orang berkomentar "Ih bikin baper." "Kata-katanya itu loh." dan sebagainya.
Bahan bakar gue waktu menulis di kafe temaram adalah harapan. Karena waktu itu memang satu-satunya hal yang bisa gue lakukan dalam menyikapi perasaan, adalah berharap. Bukannya berjuang, elaaahhh dasar bego. Ngarep doang ga berjuang buat apee! E tapiii tapi...
Mungkin memang harus begitu. Kalau gue ngga pernah mengalami hal itu kayaknya gue juga ga akan pernah ada di posisi sekarang. Dan berkat kata-kata yang pernah gue tuliskan, ketika gue baca-baca ulang, sedikit banyak gue bisa ambil pelajaran. Karena terkadang seiring waktu berjalan, interpretasi kita terhadap sesuatu itu berkembang. Berjalannya waktu gue ngerasa sedang melihat tulisan-tulisan itu dengan berbeda nasi padang. Sudu pandang maksudnya. Maaf, maksa.
Beberapa tulisan di blog ini untuk mengawali proses kembali, kayaknya bakal gue dedikasikan untuk blog lama gue itu. Setelah ini mungkin gue bakal menuliskan beberapa hal untuk siapa pun yang pernah ada di sana. Sebagai bentuk penghargaan sebagai yang pernah hadir sebagai pembelajaran. Dan barangkali, bisa jadi referensi untuk kamu yang sedang mengalami.
Tapi...
Emangnya masih ada yang baca blog, hari ini?